Game: dari Layar Hiburan ke Pelajaran Hidup

13 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Games
Iklan

Video game kini bukan hanya hiburan, tetapi juga ruang refleksi atas kekuasaan, kemanusiaan, dan nilai moral.

***

Video game kini telah melampaui fungsi utamanya sebagai hiburan semata. Di era digital yang penuh dinamika ini, game menjadi salah satu media paling kuat untuk menyampaikan pesan, membentuk opini, dan menumbuhkan kesadaran terhadap isu-isu politik maupun sosial. Interaktivitas yang ditawarkan video game memungkinkan pemain tidak hanya menonton cerita, tetapi juga mengalaminya secara langsung, membuat pesan moral, ideologis, maupun sosial menjadi jauh lebih berkesan dan relevan.

Dunia Politik dan Ideologi di Balik Layar Permainan

Sejak awal kemunculannya, banyak game telah menyinggung tema politik dan ideologi, baik secara eksplisit maupun tersirat. Papers, Please, misalnya, menggambarkan kehidupan seorang petugas imigrasi di negara totaliter, di mana pemain dihadapkan pada dilema moral antara mengikuti aturan negara atau menuruti hati nurani. Sementara This War of Mine memperlihatkan sisi kemanusiaan dari korban perang, bukan dari sudut pandang tentara, melainkan rakyat sipil yang berjuang untuk bertahan hidup di tengah kehancuran.

Game-game tersebut bukan sekadar hiburan, melainkan refleksi terhadap realitas politik dunia. Mereka mengajak pemain untuk merenungkan bagaimana kekuasaan, hukum, dan kebijakan dapat memengaruhi kehidupan manusia biasa.

Sementara itu, BioShock membawa ideologi ke level yang lebih filosofis. Melalui dunia distopia yang sarat simbolisme, pemain tidak hanya mengikuti cerita, tetapi juga diajak berpikir:

“Apakah kebebasan mutlak benar-benar dapat membawa kebaikan?”

Dengan demikian, politik dan ideologi dalam game tidak disampaikan melalui ceramah atau dialog panjang, tetapi melalui pengalaman interaktif yang menuntut pemain membuat keputusan etis.

Ketika Permainan Menjadi Cermin Gerakan Sosial

Selain menjadi wadah bagi ideologi, video game juga berfungsi sebagai sarana untuk menyoroti berbagai isu sosial dan gerakan kemanusiaan.
Life is Strange, misalnya, menyentuh tema bullying, trauma psikologis, hingga pentingnya empati dan pertemanan. Melalui kisah karakter remaja yang menghadapi tekanan hidup dan pilihan moral sulit, pemain diajak memahami kompleksitas kehidupan sosial modern.

Sementara Detroit: Become Human membawa isu kesetaraan dan hak asasi manusia ke dalam dunia futuristik, di mana android memperjuangkan kebebasan dari penindasan manusia. Meski fiktif, pesan yang disampaikan sangat relevan dengan perjuangan melawan diskriminasi di dunia nyata.

Bahkan di ranah indie, banyak pengembang menggunakan game sebagai bentuk aktivisme sosial. Celeste berbicara tentang kecemasan dan penerimaan diri, sementara Gone Home menyinggung tema identitas gender dan penerimaan dalam keluarga. Melalui gameplay yang emosional dan intim, pemain tidak sekadar bermain mereka merasakan perjuangan batin para tokohnya.

Interaktivitas sebagai Kekuatan Moral dalam Game

Berbeda dengan film atau buku, video game memberi ruang bagi pemain untuk berpartisipasi langsung dalam cerita. Setiap tindakan, pilihan, dan konsekuensi dalam game membentuk pengalaman moral yang unik bagi setiap individu.

Ketika seseorang harus memilih antara menolong karakter lain atau menyelamatkan diri sendiri, keputusan itu tidak hanya menjadi bagian dari permainan, tetapi juga simulasi moralitas manusia. Karena itu, banyak peneliti menilai video game memiliki potensi besar dalam pendidikan karakter, empati, dan kesadaran sosial.

Dengan kata lain, interaktivitas dalam game memungkinkan isu-isu sosial yang kompleks seperti kemiskinan, ketidakadilan, atau konflik menjadi lebih nyata dan dapat dirasakan secara emosional oleh pemain.

Refleksi terhadap Nilai-nilai Indonesia dan Putusan sebagai Gamer Indonesia

Sebagai bangsa yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila, masyarakat Indonesia menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan, gotong royong, dan keadilan sosial. Nilai-nilai ini dapat menjadi lensa moral bagi gamer Indonesia dalam menilai dan memainkan game yang mengandung unsur politik, ideologi, atau isu sosial.

Game seperti This War of Mine sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan tersebut, karena mengajarkan empati, kedamaian, dan solidaritas terhadap sesama. Game semacam ini justru memperkaya wawasan serta menumbuhkan rasa peduli terhadap penderitaan orang lain.

Namun, tidak semua game membawa pesan yang sesuai dengan konteks budaya dan etika masyarakat Indonesia. Beberapa mungkin menampilkan kekerasan berlebihan, propaganda politik tertentu, atau nilai-nilai individualistik yang bertentangan dengan semangat kebersamaan yang menjadi ciri khas bangsa kita.

Oleh karena itu, penting bagi gamer Indonesia untuk memainkan game dengan kesadaran kritis memahami konteks, menilai pesan yang tersirat, dan tidak menelan mentah-mentah ideologi yang disampaikan. Game dapat menjadi media pembelajaran dan refleksi, tetapi hanya jika kita memainkannya dengan pemahaman dan tanggung jawab moral.

Putusan

Sebagai gamer sekaligus warga negara Indonesia, saya berpendapat bahwa game yang mengandung politik, ideologi, atau isu sosial layak dimainkan dengan kewaspadaan dan kesadaran. Menghindari game semacam itu sepenuhnya justru akan menutup peluang kita untuk belajar, berpikir kritis, dan memperluas perspektif terhadap dunia.

Kita tidak perlu menolak keberagaman ide dan nilai dalam game, tetapi harus mampu menyaring dan menafsirkan pesan-pesan tersebut sesuai dengan nilai kemanusiaan dan kebudayaan bangsa kita.

Dengan sikap terbuka namun bijak, video game dapat menjadi sarana edukatif yang menumbuhkan empati, memperkuat pemahaman lintas budaya, dan bahkan memperkaya karakter bangsa di era digital ini.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler